Sebuah komunitas yang berfokus pada gerakan literasi dan penulis-penulis muda Kalimantan Selatan.

Syahrul Chelsky, Sembunyi-sembunyi di Jalan Puisi



Syahrul Chelsky, lahir di Astambul, Kabupaten Banjar, 1995, adalah seorang penulis muda Kalimantan Selatan yang aktif menulis puisi, cerpen, dan esai di Kompasiana — pada tahun 2019 dan 2020 pernah mendapat nomine best in fiction kompasiana — dan menerjemahkan puisi di Medium serta Wattpad. Alumnni Stkip PGRI Banjarmasin Jurusan Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris, lulus tahun 2020

Syahrul Chelsky bernama asli Muhammad Syahrul. Chelsky, nama belakangnya, merupakan modifikasi dari nama klub sepakbola asal kota London, Chelsea, satu-satunya yang bisa bikin dia begadang selain skripsi dan … ya, dua itu saja, sebab sebagaimana yang ia akui sendiri, Syahrulchelsky bukan tipe penyair yang menghabiskan malam dengan mengolah ide-ide liar menjadi larik-larik puisi.

Sehari-hari, Syahrul Chelsky bekerja sebagai perangkat desa, dari pagi ke sore. Ia mengaku, menulis baginya merupakan hobi atau, kata anak kiwari, healing dari rutinitas pekerjaan yang mengikatnya. Memang, sesekali, jika ide itu datang, ia menyempatkan menulis satu-dua puisi di sela-sela pekerjaannya. Tapi lebih sering ia menulis pada weekend, persis seperti yang dilakukan Umberto Eco.

Dan, sebagaimana juga Umberto Eco, meski hanya menulis di akhir pekan, Syahrul Chelsky tetaplah penulis yang produktif adanya. Sejauh ini, dia sudah menerbitkan dua buku; “Ketika Aku Melihat Sebatang Pohon” (Kumpulan puisi, Guepedia) dan “Sebuah Nama dan Cerita” (Kumpulan Cerpen, Guepedia) yang terbit pada tahun 2019. Selain itu, dia juga aktif menulis di Kompasiana dan menerjemahkan puisi di akun Medium-nya.

Langkah pertamanya dalam dunia tulis menulis dimulai pada tahun 2016, saat itu ia hanya menulis untuk dirinya sendiri di buku catatan. “Tulisannya menye-menye,” akunya. “Waktu itu meniru-niru Fiersa Besari, gitulah.”

Pada tahun 2019, karena tuntutan tugas perkuliahan, ia mulai menerjemahkan puisi-puisi dari penyair besar: Pablo Neruda, Warsan Shire, Moon Chung-hee dan nama-nama lainnya. Proses penerjemahan ini membawa dampak besar bagi proses kepenulisannya, puisi-puisinya kemudian hari mengarah ke penyair-penyair yang ia terjemahkan dan, karena ketidaksengajaan itu, ia jatuh hati pada Pablo Neruda serta Mahmoud Darwish — dua nama yang diakuinya sebagai penyair yang berulang kali ia baca buku-bukunya hingga hari ini.

Untuk penyair Indonesia, Syahrul Chelsky bilang kalau ia paling suka Aan Masyur, terutama pada buku “Sebelum Sendiri” yang hingga saat ini sudah ia baca berulang kali.

Dari awal menulis, tak banyak orang-orang terdekatnya yang tahu, ia semacam berjalan sendirian di jalan puisi yang dipilihnya. Tak ada mentor, tak ada teman berdiskusi, ia seutuhnya seorang diri dengan penyair-penyair yang dikenalnya lewat buku. Namun, ia mengatakan, bahwa hal tersebut bukanlah hal yang penting untuk proses menulis. “Yang penting, kan, tetap menulis,” ujarnya.

Terakhir, ketika kami tanyakan apakah akan menerbitkan buku lagi dalam waktu-waktu dekat, Syahrul Chelsky bilang bahwa akan ada buku puisi baru di tahun 2022. “Masih disusun,” katanya, “tunggu saja kabar baiknya.”

Selebihnya, silakan kawan-kawan baca tiga puisi Syahrul Chelsky di bawah ini dan, bila tertarik, teman-teman boleh membaca lebih lanjut tulisan-tulisan Syahrul Chelsky di Kompasiana |Medium |Wattpad.

Bayang-bayang

Terlalu banyak bayang-bayang dalam sajak yang ditulis
Dan tanda tanya di ruang luas yang membentang itu

Di musim-musim yang kelabu
Di depan pintu
Kulihat bulan melengkung
Dan kita hanya membenturkan harapan ke jalan-jalan

Kisah-kisah baik yang belum tercatat
Kupanggil seorang tanpa nama dengan namamu karena kita tidak sempat berbincang

Bebunga di taman membungkuk
Dan daun-daun tanggal sendiri
Di setiap luruhnya kusebut namamu
Tapi tidak seorang pun pulang
Di jalan bercabang ini

Malam mengempaskan cahaya,
Di balik jendela tak kulihat
Seseorang tanpa nama
Atau bunga-bunga di taman
Mungkin karena di dalam sajak ini
Terlalu banyak bayang-bayang

Suatu Malam Aku Akan Sampai

Suatu malam aku akan sampai
di matamu yang kantuk
Sebab jalan-jalan itu melengkung,
menunda keberangkatanku
dari bayang-bayang kota yang dipeluk
cuaca buruk.

Suatu malam aku akan sampai
di depan jendalamu
yang dijamah ranting-ranting,
dan menjelma suara yang paling kaukenali di ujung telepon.

Suatu malam aku akan sampai
di lututmu yang luka karena ditabrak seorang pengendara sepeda.
Aku darah yang kauingin 
tidak keluar, karena kautakut kehilangan aku lebih banyak.

Suatu malam aku akan sampai
di legam rambut ibumu
yang harum dan malam serta lebih tipis
dari benang layang-layang
di ujung pisau atau nyala kretek
yang sengaja dibakar seorang lelaki di pertigaan, menunggu tumpangan
atau pasangan.

Suatu malam aku akan sampai
di dalam buku kesukaanmu,
juga dalam sebuah lagu
yang kaudengar sehabis petang,
yang hanya mengundang kantuk.
Hingga aku tiba dalam ceritamu.

2020

Saya Menulis Sajak untuk Kamu karena Saya adalah Pembicara yang Buruk

Saya menulis sajak untuk kamu
Karena saya adalah pembicara yang buruk.
Denting sendok pada bibir gelas
Lebih jujur
Tapi saya sejengkal lebih jauh
dari segala keinginan yang pernah mendekati telingamu:
Doa-doa selepas petang, nyanyian camar, atau kokok ayam jantan

Saya menulis sajak untuk kamu
Karena saya tidak tahu cara mencintai yang lebih tulus.
Dunia terangkai dari banyak hal yang menunggu:
Orang-orang sakit yang memohon kesembuhan, penumpang di stasiun kota tua, gelandangan dekat lampu merah dan sepatu di depan tempat ibadah.

Saya menulis sajak untuk kamu
Karena saya tidak tahu harus menawarkan apa lagi.
Baju, celana, tubuh, hingga napas yang saya hirup adalah pinjaman.
Sajak ini satu-satunya milik saya.
Di dalamnya kamu hidup, dan saya menulis ini semata-mata untuk memiliki kamu.

Saya menulis sajak untuk kamu
Karena saya adalah orang yang tidak sabaran.
Beban kerja di hari senin bagi karyawan lama yang pemalas.
Saya tidak cakap dalam merawat apa pun.
Tapi kamu boleh percaya ini;
Saya menulis sajak untuk kamu
karena saya merindukan kamu.
Dan adalah tanggung jawab saya
untuk memastikan bahwa kamu mengetahuinya.

2020

1 Komentar

  1. Puisi-puisinya sangat luarbiasa, sama dengan Ikhlas salut dengab karya-karya yang bagus dan dalam maknanya

    BalasHapus